Translate

Sabtu, 05 Desember 2015

Artikel 1

EKA SASTRA SOSIALISASI 4 PILAR KEBANGSAAN

BOGOR (22/10) - Eka Sastra anggota DPR RI Fraksi PartaI Golongan Karya kembali mengadakan Sosialisi 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Acara sosialisasi ini merupakan yang ketiga diadakan. Sebelumnya bulan Juni lalu di kantor walikota Bogor, kemudian yang kedua di Graha Pena Radar Bogor.

Kali ini sosialisasi 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara dilaksanakan di kantor kecamatan tanah sareal. Acara tersebut diikuti oleh masyarakat Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Tanah Sareal.  Hadir pula dalam acara tersebut dari kalangan mahasiswa, yakni Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN Syarif Hidayatullah), Universitas Ibn Khaldun, dan Universitas Gunadarma.

Ditengah pemaparannya Eka Sastra  membahas masalah ekonomi negara Indonesia yang masih di dominasi oleh orang asing.

“Struktur ekonomi di  negara kita masih dikuasai oleh orang-orang tertentu.  Jika Ekonomi tertata dengan baik, kesejahteraan terjamin, rasa nasionalisme semakin kuat.” Papar kang Eka Sastra yang baru saja melaksanakan ibadah Haji pekan lalu.

“Jika 4 pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika tidak dipertahankan dengan baik, maka bisa mempengaruhi keadaan ekonomi di Indonesia karena masyarakat akan kurang memiliki nasionalisme, sehingga orang asing bisa dengan mudah menguasai ekonomi bangsa kita”. tambahnya

Sementara itu, Eka wardana Anggota DPRD Kota Bogor yang turut hadir dalam acara tersebut, mengatakan Rasa cinta dan memiliki nilai-nilai wawasan kebangsaan mulai luntur di kalangan masyarakat khususnya remaja.

“Bangsa Indonesia saat ini berada dalam kodisi dimana rasa kebangsaan kian luntur,  sudah seharusnya kita sosialissi 4 pilar ini di kalangan remaja,” tegasnya.
Hadir pula dalam acara ini, Ketua Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL)  Fordinan S.E, dalam kesempatannya beliau mengharapkan dengan adanya sosialisasi 4 pilar kebangsaan ini bisa memunculkan rasa nasionalisme.

Melalui kegiatan sosialisasi yang menyeluruh, diharapkan seluruh masyarakat dapat secara sadar memahami nilai-nilai empat pilar bangsa sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta penyelenggaraan ketatanegaraan.

“Sosialisasi 4 pilar kebangsaani ini sebagai upaya untuk mencharge rasa cinta dan syukur kita sebagai warga negara Indonesia”. Tutup kang Eka Sastra

Contoh Proposal

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH PARTISIPASI DAN KEPUASAN PEMAKAI TERHADAP KINERJA SISTEM INFORMASI


Disusun Oleh :

M. Aditya Rahman
15113109

Program S1 Sistem Informasi

UNIVERSITAS GUNADARMA

(UG) DEPOK

2015




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL PROPOSAL                                                                           i
HALAMAN PENGESAHAN                                                                                   ii
DAFTAR ISI                                                                                                             iii

BAB 1    PENDAHULUAN                                                                                      1
1.1  Latar Belakang Masalah                                                              1
1.2  Rumusan Masalah                                                                          4
1.3  Tujuan Penelitian                                                                           4
1.4  Manfaat Penelitian                                                                          5

BAB 2    LANDASAN TEORI                                                                                 5
BAB 3    METODOLOGI PENELITIAN                                                     10
BAB 4    RANCANGAN  ALOKASI DANA DAN WAKTU
               PENELITIAN                                                                                           15

Daftar Pustaka                                                                                                       25
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Saat ini teknologi berkembang sangat cepat. Hal ini diikuti oleh perkembangan teknologi yang berbasis sistem informasi. Perkembangan dari sistem informasi membutuhkan berbagai faktor pendukung, seperti partisipasi dari pengguna. Partisipasi pengguna diharapkan mampu mendukung kesuksesan dari sistem informasi yang mencerminkan kepuasan dari para pengguna sistem informasi.
Hubungan antara partisipasi dan kepuasan para pengguna dipengaruhi oleh beberapa faktor kemungkinan. McKeen et.al. (1994) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa  kompleksitas tugas dan kompleksitas sistem sebagai variabel-variabel yang moderat, sedangkan dampak dari pengguna dan komunikasi pengguna sebagai variabel yang independen dihubungkan dengan partisipasi dan kepuasan dari para pengguna.
Pengembangan sistem informasi merupakan sebuah keputusan yang sangat strategis. Selain menyangkut investasi yang cukup besar, terdapat banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan jaminan perbaikan kinerja, bahkan bisa jadi kontraproduktif bila dalam tahapan implementasi ternyata tidak didukung dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang dikuasai perusahaan. Guimares (2003) menyatakan bahwa sistem informasi harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna.
Paparan singkat ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan sistem informasi, organisasi perlu untuk secara proaktif melibatkan SDM-nya dengan keputusan strategis ini. Dengan kata lain diperlukan partisipasi aktif dari para pengguna (pegawai) agar nantinya sistem yang dikembangkan dapat berjalan secara efektif.
Beberapa hasil riset menemukan bahwa partisipasi aktif  dalam pengembangan sistem mempunyai hubungan positif dengan keberhasilan sistem (Ives dan Olson 1984; Barki dan Hartwick 1994; Guimaraes et al. 2003). Namun demikian beberapa hasil riset lain justru memperoleh temuan yang berbeda. Partisipasi mempunyai hubungan yang negatif dan partisipasi mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan keberhasilan sistem ( Barki dan Hartwick 1989). Pertentangan hasil riset ini memberikan indikasi perlunya dilakukan pendekatan kontijensi dalam mencari hubungan antara partisipasi pengguna dan keberhasilan sistem dalam pengembangan sistem informasi.
Guimares et al. (2003) menyatakan bahwa keberhasilan sistem mempunyai tiga komponen (tolak ukur), yaitu kualitas sistem, manfaat sistem dan kepuasan pengguna. Pendapat ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam pengembangan sistem informasi terkait dengan pengguna ditentukan oleh sampai sejauh mana partisipasi yang ada dapat menyebabkan kepuasan pengguna. Dalam komunitas pengembang sistem, partisipasi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan untuk menjamin kepuasan pengguna sehingga mampu menunjang keberhasilan sistem tersebut (Mckeen et al. 1992).
Pengguna mempunyai peran yang sangat sentral dalam pengembangan sistem informasi. Faktor partisipasi pengguna secara umum dari berbagai hasil riset memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan sistem. Hasil penelitian yang dipaparkan baik oleh Mckeen et al. (1994), Doll dan Deng (2001), Guimares et al. (2003) serta Suryaningrum (2003) menemukan bahwa partisipasi pengguna merupakan variabel yang efektif yang menetukan kepuasan pengguna, keberhasilan sistem maupun kualitas sitem. Pengguna ketiga terminologi variabel ini (kepuasan pengguna, keberhasilan sistem dan kualitas sistem) seringkali rancu. Seringkali kepuasan pengguna dianggap sama dengan kualitas sistem, atau bila tidak kepuasan pengguna digunakan untuk mengukur kualitas sistem.
Terkait dengan partisipasi pengguna, Doll dan Deng (2001) memberikan gambaran bahwa partisipasi merupakan variabel yang sangat kompleks. Secara psikologis, partisipasi diharapkan mampu mencapai tiga aspek penting, yaitu aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman dan kreatifitas), aspek motivasional (peningkatan kepercayaan dan sensitivitas terhadap kontrol) serta aspek pencapaian nilai (ekspresi diri, kebebasan, pengaruh, dsb). Pencapaian ketiga aspek ini diharapkan (masing-masing secara berurutan) dapat menyebabkan kemanfaatan dan desain yang lebih baik, penolakan yang lebih rendah, penerimaan yang lebih tinggi, serta dapat meningkatkan moral dan kepuasan pengguna.
Tingkat partisipasi dan kepuasan pemakai akan mempengaruhi kesuksesan sistem, dimana partisipasi pemakai dapat meningkatkan kinerja sistem informasi. Sebagaimana telah diuraikan di atas, diketahui bahwa partisipasi mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan pemakai, namun pada besaran yang berbeda-beda dan fluktuatif. Demikian pula temuan tentang variabel dukungan manajemen puncak, komunikasi pemakai-pengembang, kompleksitas tugas, kompleksitas sistem dan pengaruh pemakai sebagai variabel moderating masih kontradiksi.

1.2   Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan pokok permasalahannya, yaitu :
1.        Apakah partisipasi pemakai mempengaruhi kinerja sistem informasi?
2.        Apakah kepuasan pemakai mempengaruhi kinerja sistem informasi?
3.        Bagaimanakah pengaruh interaksi partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai terhadap kinerja sistem informasi?

1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1.      Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh partisipasi pemakai terhadap kinerja sistem informasi.
2.      Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kepuasan pemakai terhadap inerja sistem informasi.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh interaksi partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai terhadap kinerja sistem informasi.


1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain yaitu :
1.    Karyawan staf departemen sistem informasi untuk memberikan pelayanan yang baik dalam memenuhi kebutuhan para pengguna jasanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pemakai, yang nantinya akan berpengaruh pada kinerja sistem informasi.
2.    Manajer sistem informasi, diharapkan dapat sebagai input bagi pengambil keputusan (decision maker) untuk menelaah lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat memoderasi pengaruh partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem informasi, sehingga dapat mengarah pada kesuksesan pengembangan sistem informasi.
3.    Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi pedoman atau referensi untuk penelitian dalam bidang sistem informasi di masa mendatang.
4.    Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pustaka untuk kegiatan penelitian yang sejenis.










BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu kerangka kerja dimana sumberdaya (manusia, komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran perusahaan. Sistem informasi mirip dengan sebuah jaringan komunikasi karena keduanya sama-sama menyediakan informasi untuk berbagai pihak.
                2.1.1.1.  Konsep Dasar Sistem
Pada dasarnya sesuatu dapat disebut sistem apabila memnuhi dua syarat. Pertama adalah memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagian-bagian itu disebut subsistem, atau ada pula yang menyebutnya sebagai prosedur.
Syarat yang kedua adalah bahwa suatu sistem harus memiliki tiga unsur, yaitu input, proses, dan output.
2.1.1.2.  Tujuan Sistem Informasi
Sistem informasi suatu organisasi dalam dunia bisnis, pendidikan, dan pemerintahan mempunyai tiga sasaran utama yaitu menyediakan informasi yang menunjang pengambilan keputusan, menyediakan informasi yang mendukung operasi harian, dan menyediakan informasi yang menyangkut pengelolaan kekayaan. Baik pengguna interen maupun eksteren dilayani oleh informasi pendukung kegiatan operasional, sedangkan informasi untuk pengelolaan kekayaan hanya ditujukan bagi pengguna eksteren. Kebanyakan informasi untuk dua sasaran terakhir dan sebagian informasi untuk sasaran pertama dihasilkan melalui pemrosesan data transaksi.

                2.1.1.3.  Fungsi-Fungsi Yang Dijalankan Oleh Sistem Informasi
    Mekanisme atau kerangka kerja terdiri atas lima tugas atau fungsi pokok: pengumpulan data, manajemen data, pengendalian dan pengamanan data, serta penyediaan informasi. Fungsi-fungsi ini kemudian terdiri atas serangkaian tahap, yang sering disebut sebagai siklus pemrosesan data, yang mentransformasikan data dari berbagai sumber menjadi informasi yang dibutuhan oleh berbagai macam pengguna.
1.                   Tahap Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data biasanya biasanya ada beberapa tahap yang dilalui. Tahap penangkapan data (data capture) adalah tahap penarikan data ke dalam sistem. Setelah ditangkap, data biasanya dicatat (recorded) pada formulir-formulir yang dinamai dokumen sumber. Data tangkapan mungkin juga diabsahkan (divalidasi) untuk memastikan akurasi atau ketepatannya dan diklasifikasikan untuk dapat dimasukkan ke dalam kategori-kategori yag telah ditentukan. Selanjutnya, data dapat ditransmisikan atau dipindahkan dari titik tangkapan ke titik pemrosesan.
2.                   Tahap Pemrosesan Data
Data yang terkumpul biasanya menjalani serangkaian tahap pemrosesan untuk dapat ditransformasikan menjadi informasi yang berguna. Tahap validasi dan klasifikasi lebih lanjut dapat dilakukan. Adakalanya data dialihkan (transcribed) ke dalam media atau dokumen lain. Data dapat dikelompokkan biasanya disortasi menurut satu atau beberapa karakteristik. Bila tedapat data kuantitatif, langkah perhitungan atau perbandingan seringkali dilakukan sebagai akibatnya data baru mungkin tercipta.
3.                   Manajemen data
Fungsi dari manajeman data terdiri atas tiga kunci : penyimpanan (storing), pemutakhiran (updating), dan pengambilan ulang (retrieving).
4.                   Pengendalian Dan Keamanan Data
Data yang masuk ke dalam pemrosesan bisa saja salah, data mungkin juga hilang atau dicuri selama pemrosesan, hasil pencatatan dapat dipalsukan selama pemrosesan dan sebagainya. Langkah pengendalian dan tindakan pengamanan lain meliputi otomatisasi, perujukan (rekonsiliasi), verifikasi, dan tinjauan ulang (review).
5.                   Penyediaan Informasi
Fungsi terakhir sistem informasi ini , menempatkan informasi ke tangan pengguna, dapat meliputi satu langkah atau lebih. Pelaporan mencakup penyiapan laporan dari data olahan, data simpanan atau dari keduanya. Komunikasi terdiri dari membuat laporan yang mudah digunakan oleh pengguna dan secara fisik menyampaikan laporan kepada pengguna.        
           
2.1.2 Pengembangan Sistem Informasi
Siklus pengembangan sistem terdiri atas beberapa tahap, diawali dengan perencanaan sistem dan diakhiri dengan implementasi sistem.
Perencanaan sistem meletakkan dasar bagi sistem informasi baru atau sistem informasi hasil revisi. Tahap ini meliputi persiapan rencana sistem induk di samping juga usulan proyek sistem untuk melaksanakan rencana tersebut.
Analisis sistem meliputi survai dan analisis terhadap sistem informasi yag sekarang. Tahap ini akan menentukan informasi yang diperlukan para pengguna dari sistem yang baru di samping juga persyaratan teknis dari sistem itu sendiri.
Desain sistem meliputi penentuan spesifikasi yang memenui kebutuhan dan persyaratan yang ditentukan selama tahap analisis sistem. Seringkali dibuat desain-desain alternatif untuk dievaluasi.
Justifikasi dan seleksi sistem meliputi analisis rinci mengenai manfaat dan biaya dsain sistem tertentu. Tahap ini juga mencakup evaluasi usulan-usulan dari produsen peralatan pemrosesan, agar peralatan yang palin sesuailah yang dipilih untuk mengimplementasikan desain.
Implementasi sitem terdiri dari lagkah-langkah penyelesaian rincian desain baru perekrutan dan pelatihan karyawan-karyawan baru, memasang dan menguji coba peralatan baru, mengkonversi arsip-arsip ke media yang baru dan menghidupkan mesin sistem baru.



2.1.3.  Partisipasi Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi
Partisipasi pemakai merupakan keterlibatan pemakai sistem informasi dalam pengembangan sistem informasi. Apabila pemakai diberi kesempatan untuk memberikan pendapat dan usulan dalam pengembangan sistem informasi maka pemakai secara psikologis akan merasa bahwa sistem informasi tersebut merupakan tanggung jawabnya, sehingga diharapkan kinerja sistem informasi akan meningkat. Keterlibatan menurut Barki dan Hatwick didefinisikan sebagai suatu keadaan psikologi yang subyektif, sedang partisipasi menunjukkan pada perilaku dan aktivitas yang dilakukan (Javenpaa dan Ives, 1991) dalam (Grahita dan Nur, 1997 :23). Tjhai Fung Jen(2002) berpendapat bahwa keterlibatan pemakai yang semakin sering akan meningkatkan kinerja SIA dikarenakan adanya hubungan yang positif antara keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem informasi dalam kinerja SIA. Dalam artikel tersebut partisipasi digunakan untuk menunjukkan intervensi personal yang nyata atau aktivitas pemakai dalam pengembangan sistem informasi, mulai dari tahap perencanaan, pengembangan sampai tahap implementasi sistem informasi. Hal ini menyebabkan penulis mengajukan hipotesis pertama.
HA1: Partisipasi pemakai mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi.

2.1.4. Pengertian dan Pengukuran Kepuasan Pengguna Sistem Informasi
Partisipasi pengguna akan lebih bersifat situasional dan diperlukan pendekatan kontijensi intuk mengetahui hubungannya dengan kepuasan pengguna. Hasil penelitian Lindrianasari (2000) menunjukkan bahwa tingkat keahlian pengguna mempunyai hubungan yang signifikan dengan partisipasi. Hal ini memberikan indikasi bahwa mereka yang mempunyai tingkat keahlian yang tinggi berpeluang lebih baik untuk berpartisipasi dibanding yang berkeahlian rendah. Kepuasan pemakai sistem informasi Conrath dan Mignen (1990) dalam Tjhai Fung Jen (2002) mengatakan kepuasan pemakai sistem informasi dapat diukur dari kepastian dalam mengembangkan apa yang mereka perlukan.
Kepuasan pemakai ditunjukkan oleh terpenuhinya kebutuhan pemakai dan kemudahan pemakai dalam mengoperasikan sistem informasi sehingga kinerja sistem informasi semakin tinggi. Hal ini yang menyebabkan penulis mengajukan hipotesis yang kedua.
HA2: Kepuasan pemakai mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi.


2.1.5 Hubungan Partisipasi Dan Kepuasan Pemakai            
                Kepuasan pengguna adalah sebesar kepercayaan mereka terhadap kemampuan dari suatu sistem informasi untuk memuaskan mereka akan kebutuhan informasi (Ives et.al., 1983). Salah satu indikasi dari kesuksesan pengembangan sistem adalah kepuasan para pengguna (McKeen et.al., 1994; Choe, 1996; Hardgrave et.al., 1999). Kesuksesan dari sistem informasi mempresentasikan suatu keadaan multidimensional yang alami, termasuk kepuasan dari para pengguna (Pitt et.al., 1995). Partisipasi dari para pengguna dalam pengembangan sistem informasi menghasilkan ketersediaan untuk kebutuhan dan pengharapan para pengguna  untuk melakukan pekerjaan mereka secara maksimal dan menghasilkan kepuasan bagi para pengguna.
            Hwang dan Thorn (1999) menyimpulkan bahwa partisipasi mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan keberhasilan sistem. Artinya dalam konteks tidak langsung adanya partisipasi pengguna merupakan upaya untuk mencapai kepuasan pengguna agar keberhasilan dalam pengembangan sistem dapat tercapai.
            Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesa sebagai berikut:
HA3: Interaksi antara partisipasi dan kepuasan pemakai mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi.

2.2 Kajian Pustaka
2.2.1.  Pengaruh Partisipasi Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi
Pengguna mempunyai peran yang sangat sentral dalam pengembangan sitem informasi. Faktor partisipasi pengguna secara umum dari berbagai hasil riset memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan sistem.
Meta analisis yang dilakukan oleh Hwang dan Thorn (1999) menyimpulkan bahwa partisipasi pengguna mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan keberhasilan sistem. Artinya dalam konteks tidak langsung adanya partisipasi pengguna merupakan upaya untuk mencapai kepuasan pengguna agar keberhasilan dalam pengembangan sistem dapat tercapai. Doll dan Deng (2001) menyatakan bahwa partisipasi pengguna merupakan faktor penting yang harus dipenuhi. Wawancara, survey, identifikasi kebutuhan pengguna akan dilakukan secara intens untuk memperbaiki kualitas keputusan desain sistem informasi. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kepuasan pengguna yang pada gilirannya menyebabkan keberhasilan pengembangan sistem.
2.2.2.  Kepuasan Pemakai Dan Kinerja Sistem Informasi
Suatu departemen SI yang sukses harus mampu memberikan keuntungan bagi para pengguna jasa melalui aktivitas pelayanan yang dilakukannya dan mampu membantu organisasi mencapai tujuannya. Dengan kata lain suatu departemen SI yang sukses haruslah efektif bagi pengguna dan organisasinya. Dengan demikian mampu memberikan kepuasan kepada para pengguna jasanya.
Perluasan fungsi departemen SI seiring dengan kemajuan dan perubahan lingkungan bisnis global menuntut diperbesarnya cakupan model kesuksesan sistem informasi yang ditawarkan ajukan oleh DeLone dan McLean (1992). Pitt et.al. (1995) menawarkan suatu model yang diperbaharui dengan menambahkan kualitas jasa sistem informasi. Kualitas jasa bersama-sama dengan kualitas sistem dan informasi akan mempengaruhi kegunaan dan kepuasan para pengguna jasa sistem informasi.
2.2.3.  Hubungan Partisipasi Dan Kepuasan Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi
Terkait dengan partisipasi pengguna, Doll dan Deng (2001) memberikan gambaran bahwa partisipasi merupakan variabel yag sangat kompleks. Secara psikologis, partisipasi diharapkan mampu mencapai tiga aspek penting, yaitu aspek kognitif, aspek motivasional serta aspek pencapaian nilai. Kesuksesan pencapaian target dari ketiga aspek ini pada gilirannya akan menyebabkan semakin meningkatnya produktifitas dan kepuasan pengguna.
Setianingsih dan Indriantoro (1998) dalam (Nurika dan Nur, 1994:4) melakukan penelitian terhadap 94 manajer divisi atau departemen dari berbagai perusahaan jasa, manufaktur, maupun dagang yang berlokasi di wilayah Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan sisgnifikan antara partisipasi dengan kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi.



BAB III
METODE PENELITIAN


Metode penelitian ini mencakup penentuan populasi dan sampel, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang merupakan cara atau metode yang dipakai dalam melaksanakan penelitian.

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para pemakai akhir sistem informasi di perguruan tinggi yaitu dosen, karyawan, dan mahasiswa di Fakultas Ekonomi UII.
Pemilihan UII ini dikarenakan UII telah menerapkan sistem informasi terkomputerisasi dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahannya, dimana sebagai institusi pendidikan akan cepat terkena dampak kemajuan teknologi seperti hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum, kualitas layanan, dan kemudahan layanan.

3.1.2. Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Pengambilan sampel dengan cara ini merupakan teknik pengambilan sampel secara acak dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah dosen, karyawan, dan mahasiswa di  Fakultas Ekonomi UG.


3.2. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
3.2.1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pertanyaan-pertanyaan berupa kuesioner yang akan disebarkan pada responden yaitu dosen, karyawan, dan mahasiswa di Fakultas Ekonomi UII.
Instrumen kuesioner ini terdiri dari 15 item pertanyaan yaitu:
a)         Pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data partisipasi pemakai yang dikaitkan dengan kinerja sistem informasi, terdiri dari 10 pertanyaan yaitu kontribusi terhadap pengembangan sistem, keanggotaan tim pengembang, penyelesaian hambatan, pengidentifikasian masalah, perbaikan prosedur yang ada, tanggung jawab terhadap operasional sistem, volume pekerjaan harian, rutinitas pekerjaan, frekuensi penggunaan sistem, dan keperluan penggunaan sistem informasi. Item-item pertanyaan diukur dengan menggunakan 6 poin skala Likert.
b)          Pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui tingkat kepuasan pemakai terhadap sistem informasi yang ada, terdiri dari 5 pertanyaan, yaitu penggunaan sistem dalam penyelesaian pekerjaan, efisiensi, efektivitas, peranan sistem dalam pembuatankeputusan dan kegunaan sistem. Item-item pertanyaan diukur dengan 6 point skala Likert.

3.2.2. Sumber Data Penelitian
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan sumber data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Dalam hal ini data primer berupa hasil pengisian kuesioner oleh dosen, karyawan dan mahasiswa di UG Depok.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu dosen, karyawan, dan mahasiswa di UII Yogyakarta. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner dengan cara mendatangi satu persatu calon responden. Penyebaran dilakukan dalam lingkungan perguruan tinggi.
Alasan menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden adalah agar supaya peneliti dapat menghemat waktu, tenaga, biaya. Penggunaan metode tersebut dapat mengungkap persepsi responden secara sebenarnya.

3.3. Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kinerja sistem.
Kinerja sistem menurut Soegiarto (2001) dalam (Anik dan Lilis, 2005:4) merupakan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Rahayu dan Supriyadi (2000) dalam (Anik dan Lilis, 2005:4) melakukan penelitian yang mempertimbangkan level perkembangan sistem dengan melihat hubungan antara kinerja SI dengan faktor-faktor yang memepengaruhi kinerja SI. Penelitian yang dilakukan oleh Soegiarto (2001) dalam (Anik dan Lilis, 2005:4) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistem menyimpulkan bahwa tingginya kepuasan pemakai diperoleh dari pemakai yang mempunyai partisipasi dalam pengembangan sistem.

3.3.2.Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai.
1.         Partisipasi Pemakai
Partisipasi pemakai merupakan keterlibatan pemakai sistem informasi dalam pengembangan sistem informasi. Apabila pemakai diberi kesempatan untuk memberikan pendapat dan usulan dalam pengembangan sistem informasi maka pemakai secara psikologis akan merasa bahwa sistem informasi tersebut merupakan tanggung jawabnya sehingga diharapkan kinerja sistem informasi akan meningkat.
2.         Kepuasan  Pemakai
Kepuasan  pemakai merupakan rasa terpenuhinya kebutuhan pemakai akan sistem informasi. Kepuasan pemakai ditunjukkan oleh terpenuhinya kebutuhan pemakai dan kemudahan pemakai dalam mengoperasikan sistem informasi sehingga kinerja sistem informasi akan semakin tinggi.

3.4. Teknik Skala Penelitian
Untuk variabel partisipasi pemakai kaitannya dengan kinerja sistem informasi, menggunakan 6 point skala Likert, pilihan yang tersedia yaitu:
SS            = sangat setuju dengan skor 1
S              = setuju dengan skor 2
AS            = agak setuju dengan skor 3
ATS          = agak tidak setuju dengan skor 4
TS             = tidak setuju dengan skor 5
STS          = sangat tidak setuju dengan skor 6

Untuk variabel kepuasan pemakai terhadap sistem informasi menggunakan 5 point skala Likert. Pilihan yang tersedia yaitu :
SM           = sangat memuaskan dengan skor 1
M             = memuaskan dengan skor 2
AM           = agak memuaskan dengan skor 3
ATM        = agak tidak memuaskan dengan skor 4
TM           = tidak memuaskan dengan skor 5
STM         = sangat tidak memuaskan dengan skor 6


3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner yang baik adalah validitas dan reliabilitas kuesioner. Validitas menunjukkan kinerja kuesioner dalam mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama. Tujuan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner adalah untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang kita susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan gejala yang valid.
3.5.1.1. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas sebuah survey dapat diketahui melalui uji validitas berdasarkan kuesioner dan jawaban dari responden. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian validitas dilakukan berdassrkan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor totalnya. Teknik korelasinya menggunakan pearson correlation dengan alat bantu Software SPSS 11 item pertanyaan diberi predikat valid jika memiliki koefisien korelasi pearson positif dengan signifikansi ≥5% (0.05).
3.5.1.2. Uji Reliabilitas
Analisis reliabilitas adalah analisis untuk menguji sejauh mana suatu instrumen pengukuran dapat diandalkan atau sejauh mana suatu hasil pengukura relatif konsisten jika pengukuran diulang dua kali atau lebih. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Cronbach Alpha.
Uji reliabilitas dapat dihitung dengan bantuan software spss 11.00 for windows. Jika dari hasil perhitungan komputer tersebut mendapatkan nilai cronbach’s alpha  lebih besar dari r-tabel maka instrumen dinyatakan cukup reliabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki Cronbach alpha ≥0.50 (Nunally:1978) dalam Nursya’bany Purnama (2002:179).

3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.
3.5.2.1. Multi Kolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel bebas yang memiliki kemiripan dengan variabel bebas lain dalam suatu model. Kemiripan antara variabel bebas dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antar suatu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Selain itu deteksi multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari bebrapa hal, antara lain:
a.    Jika nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak lebuh dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1, maka dapat dikataka terbebas dari multikolinearitas. VIF=1/Tolerance. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance.
  1. Jika nilai koefisien korelasi antar masing0masing variabel nmdependent kurang dari 0,07 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independent sehinggat terjadi multikolinearitas.
  2. Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-square diatas 0,06 namun tidak ada variabel independent yang berpengaruh.

3.5.2.2. Heterokedastisitas
Hetereokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini menggunakan metode korelasi ranking spearman (Spearman Rank korelation). Bila nilai probabilitas (sig)>0,05, maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

3.5.2.3. Autokorelasi
Autokorelasi untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada  peride t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalh regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan  pengujian Durbin-Watson (Alghifari, 1997:79).

3.5.3. Analisis Koefisien Korelasi
Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara suatu variabel independen (partisipasi pemekai dan kepuasan pemakai) terhadap variabel dependen (kinerja sistem informasi). Pengujian analisis koefisien korelasi akan menggunakan pearson correlation analysis. Menurut Young dalam Djarwanto (1996) dalam Skripsi S-1 Anik, 2003) kriteria derajat hubungan korelasi adalah sebagai berikut : koefisien korelasi 0.70 sampai 1.00 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang sedang. Apabila koefisien korelasinya diatas 0.20 sampai dibawah 0.40 (plus atau minus) menunjukkan adanya korelasi yang rendah dan apabila kurang dari 0.20 dapat diabaikan.
3.6. Alat Analisis Data
Analisis Regresi Berganda
Pengujian analisis regresi linier  berganda antara variabel dependen (kinerja sistem informasi) dengan variabel independen (partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai) dengan menggunakan regresi linier berganda, yaitu untuk mengetahu pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Data diolah menggunakan komputer dengan bantuan software program SPSS versi 11.0.
Persamaan regresi:
Y=bo+b1X1+b2X2+b3X1X2+E
Keterangan
Y              = Kinerja Sistem
X1            = Partisipasi Pemakai
X2            = Kepuasan Pemakai
Bo            = Koefisien Regresi
E               = Kemungkinan Error




Minggu, 15 November 2015

Proposal Penelitian

Contoh Proposal Penelitian Kualitatif

Contoh Proposal Penelitian Kualitatif

UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI SMA NEGERI 1 PEMALANG
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
Disusun Guna Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Maria Theresia Sri Hartati, M.Pd
Oleh
M. Aditya Rahman
15113109
JURUSAN SISTEM INFORMAS
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.
Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana sewaktu kecil. Dia juga di tuntut mampu mengendalikan tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul “The Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to 16”. menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu dapat di bagi sebagai berikut:
1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menurut harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.
3. Tingkat Pasca-konvensional
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut.
Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif. Dia mampu mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung jawabkan.
Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkembangan moral ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja. Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tatapi mernghormati orang lain.
Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum bisa mencapai tahap pasca-konvensional, dan juga pernah di temukan remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional.
Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:
1. Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2. Suka berhura-hura dan bergerombol.
3. Mentaati peraturan sekolah, karena takut pada hukuman.
Dan tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.
Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum, merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas remaja.
Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan. Pada saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai dampak, baik positif maupun negatif bagi remaja. Dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).
Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya itu mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya, amat diperlukan.
Salah satu peran konselor adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar mencapai kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang sempurna (sesuai dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan, kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka (murid) dapat mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang optimal.
Untuk itu di samping orang tua, konselor di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya, keterbukaan hati konselor dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Dengan kemampuan pengendalian diri (self control) yang baik, remaja di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negatif yang di timbulkan pada masa stroom and stress period.
Dari fenomena diatas penulis sangat tertarik untuk meneliti bagaimana endidikan anak dalam keluarga buruh dengan judul “UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI SMA NEGERI 1 PEMALANG”
B. Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka Penelitian ini difokuskan pada Guru BK dalam meningkatkan Self Control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG yang meliputi tujuan, kegiatan agama dan keagamaan yang dilakukan dalam meningkatkan self control hasil yang di capai, serta faktor pendukung dan penghambat.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Upaya-upaya Guru BK dalam meningkatkan Self Control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG?
2. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan Self Control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai adalah:
1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru BK dalam meningkatkan self control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG.
2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG.
3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan self control siswa di SMA NEGERI 1 PEMALANG.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menunjukkan bahwa konseling yang di lakukan oleh Guru BK di SMA NEGERI 1 PEMALANG dapat membentuk self control siswa.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut bagi SMA NEGERI 1 PEMALANG mengenai peranan Guru BK dalam membantu siswa siswa membentuk self control yang baik.
II. STUDI KEPUSTAKAAN
Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:
Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.
Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:
1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).
2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal).
3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Kemampuan mengontrol perilaku
2. Kemampuan mengontrol stimulus
3. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
4. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
5. Kemampuan mengambil keputusan.
Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:
1. Langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat memberi contoh control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas.
2. Langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal sehingga dapat menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
3. Langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri ketika menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum bertindak sehingga mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.
III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode, dan Alasan Menggunakan Metode
Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data lansung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMA NEGERI 1 PEMALANG karena di dasarkan pada beberapa pertimbangan:
SMA adalah Sekolah Menengah Atas yang memiliki konotasi perilaku yang tidak begitu baik menurut pandangan masyarakat. sehingga Konselor di SMA sangat berperan dalam memantau penyimpangan perilaku para siswa.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri.
D. Sampel Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlansung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara anatara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.
Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari:
1. Kepala Sekolah SMA NEGERI 1 PEMALANG;
2. Guru Bimbingan dan Konseling SMA NEGERI 1 PEMALANG;
3. Seluruh Wali Kelas SMA NEGERI 1 PEMALANG.
Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.
Tehnik Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting. Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:
1. Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
2. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.
3. Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data dilakukan dengan analisis taksonomi.
4. Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian kualitatif.