Bab 3.
Konsep Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesustraan.
A. Pendekatan Kesustraan.
Karya sastra
adalah penjabaran abstraksi,namun
filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah
cinta kasih,kebahagian,kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat. Dalam
kesusastraan IBD dapat dihubungkan,meliputi: Bahasa,Agama,Kesusastraan,Kesenian
dll. Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu
Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan
sebagai usaha pendidikan. Konsep-konsep sosial dibatasi pada konsep dasar atau
elementer saja yang sangat diperlukan utntuk mempelajari masala-masalah social
yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial,contohnya: Keanekaragaman dan konsep
kesatuan sosial bertolak .
Tanpa ada
maksud menciptakan dikotomi dalam kesusastraan,ada perbedaan antara literatur
biasa dengan sastra. Sastra memiliki sense of love yang lebih representatif.
Sebagai contoh,literatur ekonomi dapat saja mencatat angka-angka. Ada benang
merah yang menyatukan konsep kebudayaan kita. Tidak heran apabila para pendiri
bangsa mampu melebur diri dalam Bhineka Tunggal Ika. Kearifan budaya lokal
masih kuat.
B. Ilmu Budaya Dasar yang
dihubungkan dengan prosa.
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang
dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya
lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata
prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis
tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,
ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi
dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa
bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah
prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Jenis – jenis Prosa.
Prosa terbagi menjadi
Prosa lama dan prosa baru.
Jenis- jenis Prosa lama:
Dongeng.
Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai peristiwa yang tidak masuk
akal atau tidak mungkin terjadi. Contoh: Pangeran Buruk Rupa, Si Kancil dan
Buaya
Hikayat.
Hikayat adalah cerita
karya sastra lama yang berbentuk riwayat yang mengisahkan hal-hal di luar
kenyataan yang berkembang di lingkungan istana.
Ciri-ciri Hikayat yaitu:
Ciri-ciri Hikayat yaitu:
1)
Bersifat istana centris
2)
Anonim(nama pengarang tidak di cantumkan)
3)
Berkembang secara stetis
4)
Bersifat imajinatif,hanya bersifat khayal
5)
Lisan,karena di sebarkan lewat mulut ke mulut
6)
Berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
7)
Bersifat logis, menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika
sendiri
Sejarah.
Sejarah disebut juga Tambo,berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata sajaratun yang berarti pohon. Sejarah adalah salah satu bentuk prosa lama
yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang
diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta.
Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah
raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan
masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka
Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
Epos.
Merupakan cerita yang biasanya diambil dari sebuah buku yang dibuat
seseorang di masa lalu. Contoh: epos Ramayana, epos Mahabarata.
Cerita
Pelipur Lara.
Merupakan kisah yang
menyenangkan dan bersifat menghibur.
Jenis-jenis Prosa Baru:
Cerpen.
Adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik
atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul
Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
Novel
Berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru
yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling
menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut
mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel
pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang
dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya
Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang,
Surabaya oleh Idrus.
Biografi.
Adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup
pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto
Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
Kisah.
Karya sastra yang berisikan cerita tentang cerita perjalanan atau
pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh kisah dalam karya
sastra lama, antara lain:
a.
Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan
b.
Kisah Abdullah ke Jedah.
Otobiografi
Otobiografi adalah riwayat hidup seseorang
yang ditulis langsung oleh orang atau
tokoh tersebut.
C. Nilai-Nilai dalam Prosa Fiksi
Sebagai
seni yang bertulang panggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi)
langsung atau tidak langsung membawa moral, pesam atau cerita. Dengan perkataan
lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara
lain :
1. Prosa fisksi memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenagan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu atau kejadian yang
dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau
tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tidak mungkin dikunjungi
selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing
tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi
memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam
nivel sering kita dapat belajar sesiatu uang lebih daripada sejarah atau
lapiran jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan
juga kehiduoab yang akan dating atau kehidupan yang asing sama sekali.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa
fiksi dapat menstimulai imajinasi, dan merupakan sarana bagi peminfajan uang
tak henti-hentinya dan warisan budaya bangsa. Novel se[erti Siti Nurbaya, salah
asuhan, sengsara membawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian-impian,
harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya
dihayati oleh generasi kini. Novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi
seperti jalan taka da ujung, missal menggambarkan suatu tindakan heroism yang
mengagumkan dan memberikan kebanggaan, yang oleh generasi muda sekarang tidak
lagi mengalami secara fisik. Dan oleh karena mahasiswa tidak mengalami secara
fisik itulahm jiwa kepahlawanan perlu disentuh melalui hasil-hasil sastra.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat
prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-oengalan
dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk
memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat
berbeda darioada aoa yang disajikan dalam kehidupan sediri.
Adanya
semacam kaidah kemungkinan yang tidak munkindalam fiksi inilah yang
memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya
tentang tokoh, hidup dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman
sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam
menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan
dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status social tinggi,
tetapi tenyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun denga alasan-alasan
psikologis, seperti dikisahkan dalam novel belenggu, adalah cintih kemungkinan
yang tidak mungkin. Tetapi justru dari sinilah pembaca memperluas perspektifnya
tentang kehidupan manusia.
Berkenaan
dengan moral, karya sastra dapat dibagu menjadi dua; Karya sastra yang
menyearakan aspirasi jamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak
jamannya. Ada juga yang tentunya menyuarakan kedua-duanya.
Karya
sastra yang menyuarakan aspirasi jmannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa
yang dikehendaki jamannya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di jaman Jepang
yang dikelompokkan ke dalam kelompok ini.
Karya
sastra yang menyuarakan jamannya, biasa tidak mengajak pembaca untuk melakukan
sesuaty, akan tetapi untuk merenung. Kedua macam karya sastra itu selalu
menyampaikan masalah. Masalah ini disampaikan dengan jalan menyajikan interaksi
tokoh-tokohnya. Masing-masing tokoh mempunyai temperamen, pendirian, dan
kemauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menimbulkan konflik. Konflik dapat
terjadi baik di dalam tokoh sendiri maupun diantara tokoh satu dengan lainnya.
Berikut adalah puisi mengenai kemesraan muda-mudi,karya W. S
Rendra;
EPISODE
WS Rendra.
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya
pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia bertanya:
"Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?"
Aku hanya tertawa.
lau ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
WS Rendra.
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya
pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia bertanya:
"Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?"
Aku hanya tertawa.
lau ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar